No.
|
Paradigma
|
Tokoh
|
Substansi
|
Teori
|
Tokoh
|
Isi Teori
|
Kelebihan
|
Kelemahan
|
||
1.
|
Paradigma
Fakta Sosial
|
Emile Durkheim
|
Fakta sosial
dinyatakannya sebagai barang sesuatu (thing)
yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu
menjadi obyek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat
dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif).
Tetapi untuk memahaminya diiperlukan penyusunan data riil di luar pemikiran
manusia.
Fakta sosial
terdiri atas dua macam yaitu fakta sosial material, misalnya arsitektur dan
norma hukum. Sedangkan fakta sosial non material, misalnya egoisme, altruisme
dan opini.
|
Teori
Fungsionalisme Struktural
|
Durkheim,
Talcott Parson, Robert K. Merton dan Herbert J. Gans
|
Masyarakat
merupakan suatu kesatuan yang di mana didalamnya terdapat bagian-bagian yang
memiliki fungsinya masing-masing , dan saling menyatu dalam keseimbangan
(Parson).
Robert K.
Merton memiliki konsep yang disebut sifat dari fungsi, yakni fungsi manifest
(fungsi yang diharapkan) dan fungsi laten (fungsi yang tidak diharapkan). Untuk
itu teori ini lebih menekankan sosial order dan mengabaikan konflik atau masyarakat
bergerak dalam kondisi statis dan seimbang.
Keteraturan
terjadi karena masyarakat terikat secara informal atas institusi sosialnya.
|
Teori ini
mampu menemukan fungsi dari kesatuan
masyarakat.
Teori ini
dapat digunakan untuk menganalisa tentang keteraturan sosial.
|
Bersifat tertutup
terhadap proses terjadinya perubahan sosial, karena terlalu menekankan order
dan kemapaman struktur sosial yang sudah formal .
Struktur
fungsional mempertahankan status quo dan tidak membuka kepada orang atau hal
lain berperan. Keterlibatan non status quo dipandang sebagai ancaman bagi
masyarakat dan pemegangan status quo.
|
||
Teori Konflik
|
Marx , George
Simmel, Lewis A. Coser, dan Ralp Dahrendorf
|
Masyarakat
berada dalam ketidakseimbangan yang selalu ditandai dengan adanya
pertentangan atau konflik.
Keteraturan
terjadi karena adanya pemaksaan oleh pihak yang berkuasa.
|
Dapat
digunakan untuk menganalisa konflik sosial.
|
Teori ini
menolak keseimbangan dalam masyarakat dan terlalu menekankan perubahan dalam
konteks konflik.
|
||||||
Teori Sistem
|
Niklas Luhman
|
Adanya suatu
kesatuan yang terintegrasi bagian-bagian yang ada merupakan suatu kesatuan..
|
Integrasi
realitas sosial tingkat makro dan mikro akan menjadi inti sosiologi.
|
Mengandung
keterbatasan yaitu meniadakan unsur historis.
|
||||||
Teori
Sosiologi Makro
|
Max Weber
|
Teori yang
difokuskan pada analisis proses sosial berkala besar dan besar dan jangka
panjang. Meliputi teori tentang evolusionisme, sistem, konflik, perubahan
sosial dan stratifikasi.
|
Dapat
digunakan untuk menganalisa perubahan sosial masyarakat luas atau berskala
besar.
|
Mengabaikan
sifat mikro, sedangkan perubahan sosial bisa juga lebih mikro mencakup
kelompok-kelompok masyrakat yang relatif kecil dari suatu bangsa,, atau
kumpulan bangsa-bangsa.
|
||||||
2.
|
Paradigma
Definisi Sosial
|
Max Weber
|
Struktur dan
institusi sosial menjadi satu kesatuan yang membentuk tindakan manusia yang
penuh arti dan makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada
tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada
benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkan dengan tindakan orang
lain bukan suatu tindakan sosial.
|
Teori Aksi
|
Max Weber
|
Sesuatu tidak
akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan
dalam melakukan tindakan tersebut. Semakin rasional tindakan sosial tersebut,
maka semakin mudah memahaminya.
|
Teori ini dari
arti pentingnya terletak pada peranan yang dimainkannyadalam mengembangkan
teori interaksionisme.
|
Teori ini
cenderung memfokuskan analisis pada level individu dan mengabaikan faktor
kolektivisme.
|
||
Charles Horton
Cooley
|
Sesuatu yang
mempunyai arti penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Perasaan-perasaan
individual , sentimen,dan ide-ide merupakan faktor yang mendorong manusia
untuk berinisiatif atau mengakhiri tindakannya terhadap orang lain.
|
|||||||||
Talcott Parson
|
Teori perilaku
mengabaikan sifat kemanusiaan manusia dan subyektivitas tindakan manusia.
Sebaliknya, teori aksi sangat memperhatikan sifat kemanusiaan manusia dan
subyektivitas tindakan manusia.
|
|||||||||
Roscoe Hinkle
|
Tindakan
manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek, dan dari situasi
eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Sebagai subyek, manusia bertindak
atau berperilaku tertentu dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu.
|
|||||||||
Teori
Interaksionisme Simbolik
|
John Dewey
kemudian dikembangkan oleh beberapa tokoh sosiolog Amerika seperti William
Isaac Thomas, George Herbert Mead, Herbert Blumer, Robert E. Park, William
James, Ernest Burgess, James Mark Baldwin, Manfred Khun dan Kimball Young.
|
Prinsip
dasar dari teori ini yaitu, (a) manusia pada dasarnya memiliki kemampuan
berpikir, (b) kemampuan berpikir ini kemudian dibentuk melalui interaksi
sosial, (c) individu dalam setiap interaksi dengan orang lain mempelajari
makna dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikirnya,
(d) setiap individu dapat memodifikasi makna dan simbol yang mereka gunakan
dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka atas situasi yang ada,
(e) setiap individu dapat menentukan tindakan apa yang dilakukan setelah
individu tersebut menafsirkan situasi, (f) dari interaksi ini kemudian
individu tersebut menciptakan kelompok dan masyarakat.
|
Teori ini
menekankan bahwa stimuli tidak secara langsung atau sendirirnya menimbulkan
respon. Dengan kata lain, respon bukan
merupakan hasil langsung dari stimuli yang berasal dari di luar diri manusia.
|
Mengabaikan
pembahasan pada struktur sosial makro, seperti nilai-nilai, norma sosial,
hukum, serta institusi sosial dan terlalu fokus pada pembahasan interaksi sosial
mikro, yaitu hubungan antar pribadi.
|
||||||
Teori
Fenomenologi
|
Alfred
Schultz
|
Tindakan
manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna
tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya
itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Dengan kata lain, teori ini berpendapat
bahwa manusia atau individu bisa menciptakan dunia sosialnya sendiri dengan
memberikan arti kepada perbuatan-perbuatannya itu.
|
Pemahaman
langsung tentang pengalaman dan kesadaran yang dilalui oleh orang pertama
yang didasari oleh faktor kesadaran dan pengalamanyayang ada didalamnya,
dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk pengalaman dari sudut
pandang orang yang mengalami sendiri.
Teori ini
berbeda dari teori yang lain karena perhatiannya yang lebih besar kepada
kehidupan sehari-hari yang diterimanya selalu benar.
Dunia yang
benar adanya itu dapat dipelajari.
|
Kesadaran
manusia yang sangat terbatas dan bias seringkali kita tidak dapat menyadari
benar dengan apayang dilakukan atau katakan.
Teori ini
menggunakkan metode observasi. Orang takkan dapat mempelajari proses berpikir
aktor hanya dengan mengamati proses interaksi secara selintas.
|
||||||
3.
|
Paradigma Perilaku Sosial
|
B. F. Skinner
|
Tingkah
laku seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dalam bertingkah laku. Tingkah laku manusia atau individu di
sini lebih ditentukan oleh sesuatu diluar dirinya seperti norma-norma,
nilai-nilai atau struktur sosialnya. Jadi dalam hal ini individu kurang
sekali memiliki kebebasan.
|
Teori
Behavioral Sociology
|
George
C. Homan
|
Inti
fokus analisis teori ini pada hubungan kausal atas perilaku individu. Teori
ini menekankan adanya hubungan
historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan individu
dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang
terjadi di masa lalu apakah mempengaruhi tingkah laku yang terjadi di masa
sekarang.
|
Teori ini
selain disukai banyak sosiolog juga merupakan perspektif utama sosiologi
kontemporer.
Teori ini
merupakan implementasi dari perpaduan obyek kajian psikologi perilaku ke
dalam sosiologi.
|
Teori ini
cenderung memfokuskan analisis pada level individu dan mengabaikan faktor
kolektivisme.
|
||
Teori Exchange
|
George
C. Homan
|
Secara
garis besar Homan menyusun lima proposisi dari teori ini yaitu,
Semakin
sering individu melakukan suatu tindakan tertentu yang dinilainya membawa
keuntungan atau manfaat, maka semakin sering individu tersebut akan melakukan
tindakan yang sama.
Jika
di masa lalu ada stimulus yang di mana tindakan individu tersebut memperoleh
ganjaran (positif), maka semakin besar kemungkinan orang itu melakukan
tindakan serupa.
Semakin
tinggi apresiasi yang diberikan atas suatu tindakan individu, maka akan
semakin sering individu melakukan tindakan tersebut.
Semakin
sering seseorang menerima satu ganjaran dalam waktu yang berdekatan, maka
semakin kurang bernilai ganjaran tersebut. Dalam hal ini unsur waktu
memainkan peranan penting.
Bila
tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkan atau menerima
hukuman, maka akan timbul perasaan emosi atau kecewa dalam diri individu
tersebut. Sebaliknya bila seseorang menerima ganjaran yang lebih besar dari
apa yang dia harapkan, maka dia akan merasa senang dan lebih besar
kemungkinan dia akan terus melakukan perilaku tersebut.
|
Teori ini dapat
digunakan untuk mempelajari interaksi di spektrum yang luas dari hubungan
yang romantis untuk hubungan kerja dalam organisasi. Pertama dijelaskan oleh
Homans pada tahun 1958, itu tetap merupakan teori yang relevan yang terus
menghasilkan penelitian baru.
|
Teori ini
melihat interaksi manusia hanya sebagai proses rasional, dengan fokuspada
formula ekonomi. Pada kritikus berpendapat bahwa karena pertukaran sosial
berfokus pada hadiah untuk biaya keseimbangan itu tidak dapat menjelaskan
alasan lain di balik bursa tertentu. Beberapa juga tantangan apakah manusia
benar-benar mangambil waktu untuk berpikir tentang imbalan dan biaya saat
memilki dan pertukaran atau membentuk hukum (Turner & West, 2007)
|
JOSEPH GA I
Thursday, 24 November 2016
Paradigma Sosiologi (Substansi, Teori, Kelebihan dan Kelemahan Teori)
Subscribe to:
Posts (Atom)